Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Hikmah Dan Keutamaan Berjabat Tangan

Hikmah  Dan  Keutamaan Berjabat Tangan

DR Nasrul Syarif M.Si.

Penulis Buku Gizi Spiritual. Ramadhan Maghfirah 1445 H

Tsaqofatuna.id - Sobat. Berjabat tangan adalah praktek yang umum dalam banyak budaya, termasuk dalam Islam. Dalam Islam, terdapat beberapa hikmah atau kebijaksanaan di balik praktik berjabat tangan:

1. Menjalin Hubungan Sosial: Berjabat tangan adalah cara yang umum digunakan untuk menyambut dan berinteraksi dengan orang lain. Ini membantu dalam menjalin hubungan sosial yang baik antara individu, keluarga, dan komunitas.

2. Menunjukkan Keramahan dan Kesopanan: Berjabat tangan adalah tanda keramahan dan kesopanan. Saat seseorang memberikan jabatan tangan kepada orang lain, itu menunjukkan bahwa dia menyambutnya dengan hati terbuka dan menghargai kehadirannya.

3. Menunjukkan Persaudaraan dan Solidaritas: Jabatan tangan juga dapat menjadi simbol persaudaraan dan solidaritas antara sesama Muslim. Ini adalah tindakan yang menunjukkan bahwa individu tersebut adalah bagian dari komunitas Islam yang satu, saling mendukung dan membantu satu sama lain.

4. Meningkatkan Rasa Kepercayaan dan Keharmonisan: Dalam Islam, jabatan tangan juga dianggap sebagai tanda kepercayaan dan keharmonisan antara individu. Dengan memberikan jabatan tangan, seseorang menunjukkan bahwa dia siap untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain dengan saling menghormati.

5. Menghindari Pertentangan dan Ketegangan: Dalam situasi di mana berjabat tangan adalah norma sosial, menolak untuk berjabat tangan dapat menimbulkan ketegangan dan konflik yang tidak perlu. Oleh karena itu, dengan berjabat tangan, individu dapat menghindari potensi konflik atau ketidaknyamanan sosial.

Meskipun berjabat tangan adalah praktik yang umum dan dianjurkan dalam banyak situasi dalam Islam, ada situasi di mana hal itu mungkin tidak sesuai, seperti ketika berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahram atau jika seseorang memiliki kondisi kesehatan tertentu yang membuatnya tidak nyaman melakukan kontak fisik. Dalam hal-hal seperti itu, Islam mengajarkan untuk berlaku sopan dan menghormati keadaan individu lainnya.

Hadits Rasulullah ﷺ: " Tidaklah dua muslim lantas berjabat tangan, melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah." ( HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi )

Hadits yang disebutkan adalah salah satu hadits yang menegaskan keutamaan berjabat tangan dalam Islam. Hadits tersebut ditemukan dalam koleksi hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi. Berikut adalah terjemahan lengkap dari hadits tersebut:

"Tidaklah dua Muslim bertemu dan saling berjabat tangan, melainkan dosa-dosa keduanya di antara keduanya akan diampuni sebelum mereka berpisah."

Hadits ini menegaskan bahwa setiap kali dua Muslim bertemu dan berjabat tangan, dosa-dosa mereka yang terjadi di antara keduanya akan diampuni oleh Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan berjabat tangan dalam Islam tidak hanya merupakan tindakan sosial biasa, tetapi juga memiliki implikasi spiritual yang besar.

Dengan demikian, praktik berjabat tangan bukan hanya sebagai bentuk keramahan dan kesopanan, tetapi juga sebagai cara untuk mendapatkan pengampunan dosa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini adalah salah satu contoh bagaimana Islam mengajarkan umatnya untuk membangun hubungan sosial yang baik dan menghargai interaksi antar sesama Muslim dengan memberikan keutamaan spiritual kepada tindakan-tindakan tersebut.

Jabatan tangan amalan para sahabat nabi, amalan kecil tetapi berpahala begitu hebatnya. Sampai-sampai bisa mengugurkan dosa-dosa kita

Benar sekali, praktik berjabat tangan adalah salah satu amalan kecil yang memiliki keutamaan besar dalam Islam. Para Sahabat Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang sangat baik dalam menjalankan praktik ini. Mereka tidak hanya mengikuti sunnah Nabi dalam segala hal, tetapi juga mempraktikkan keramahan, kesopanan, dan solidaritas antara sesama Muslim.

Praktik berjabat tangan tidak hanya merupakan tindakan sosial biasa, tetapi juga memiliki nilai-nilai spiritual yang mendalam dalam Islam. Dengan memberikan jabatan tangan kepada orang lain, seseorang menunjukkan keramahan, kesopanan, dan kesediaan untuk berkomunikasi dan bekerja sama. Ini adalah bentuk kebaikan yang sederhana namun penting dalam memperkuat hubungan sosial dan persaudaraan di antara umat Muslim.

Selain itu, hadits yang disebutkan sebelumnya juga menegaskan bahwa berjabat tangan antara dua Muslim akan menghapus dosa-dosa di antara keduanya sebelum mereka berpisah. Hal ini menunjukkan betapa besar nilainya dalam Islam, bahwa tindakan kecil seperti berjabat tangan dapat memiliki implikasi besar dalam mendapatkan pengampunan dosa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dengan demikian, kita dapat belajar dari praktik dan teladan para Sahabat Nabi dalam menjalankan amalan-amalan kecil yang memiliki keutamaan besar dalam Islam. Praktik berjabat tangan bukan hanya sebagai tindakan sopan santun, tetapi juga sebagai cara untuk meningkatkan hubungan sosial, memperoleh keberkahan, dan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

Keutamaan berjabat tangan dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW

Dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW, terdapat beberapa hadits yang menegaskan keutamaan dan nilai penting dari praktik berjabat tangan. Berikut adalah beberapa hadits yang mencatat keutamaan berjabat tangan dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW:

1. Keutamaan Berjabat Tangan dalam Pertemuan: Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Janganlah dua orang Muslim bertemu, kemudian berjabat tangan, kecuali dosa-dosa keduanya diampuni sebelum keduanya berpisah." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

2. Menunjukkan Kasih Sayang: Rasulullah SAW juga bersabda: "Seseorang di antara kamu tidak dapat mencapai tingkat iman yang sempurna hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Lalu ditanya, "Bagaimana jika seseorang itu tidak bisa?" Rasulullah SAW menjawab, "Mengajarkan kepada saudaranya ucapan salam ketika bertemu dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Menjalin Persaudaraan: Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sekalian manusia! Sebarkanlah salam di antara kalian, berikanlah makanan kepada orang-orang yang tidak kalian kenal, dan berjabat tanganlah sebagai tanda persaudaraan. Dengan melakukan hal itu, kalian akan masuk surga dengan selamat." (HR. At-Tirmidzi).

Dari hadits-hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW, berjabat tangan bukan hanya sekadar tindakan sosial biasa, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang besar. Praktik ini membawa berkah, menghapus dosa, dan memperkuat ikatan persaudaraan di antara umat Islam.

Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya saling mencintai, menyebarkan salam, dan memberikan makanan kepada sesama. Berjabat tangan adalah salah satu cara untuk mengekspresikan cinta, menyambut dengan baik, dan menjalin persaudaraan di antara umat Islam.

Dengan demikian, berjabat tangan dalam Islam bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga merupakan simbol dari kesopanan, kasih sayang, dan persaudaraan yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.

Membelanjakan Harta di Jalan Allah

Membelanjakan Harta di Jalan Allah

DR Nasrul Syarif M.Si.

Penulis Buku Gizi Spiritual. Ramadhan Maghfirah 1445H

Allah SWT berfirman :

وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 195 )

Tsaqofatuna.id - Sobat. Orang-orang mukmin diperintahkan membelanjakan harta kekayaannya untuk berjihad fi sabilillah dan dilarang menjatuhkan dirinya ke dalam jurang kebinasaan karena kebakhilannya. Jika suatu kaum menghadapi peperangan sedangkan mereka kikir, tidak mau membiayai peperangan itu, maka perbuatannya itu berarti membinasakan diri mereka.

Menghadapi jihad dengan tidak ada persiapan serta persediaan yang lengkap dan berjihad bersama-sama dengan orang-orang yang lemah iman dan kemauannya, niscaya akan membawa kepada kebinasaan. Dalam hal infaq fi sabilillah orang harus mempunyai niat yang baik, agar dengan demikian ia akan selalu memperoleh pertolongan Allah.

Sobat. Harta yang kita miliki adalah titipan Allah SWT, Maka nanti di Yaumil Akhir akan dihisab dengan dua pertanyaan : Dari mana asal memperoleh harta? ke mana harta itu dibelanjakan? Benar, dalam ajaran Islam, harta yang dimiliki dianggap sebagai titipan dari Allah SWT, dan manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas bagaimana harta tersebut diperoleh dan digunakan pada hari Kiamat. Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa seseorang akan dimintai pertanggungjawaban atas harta yang diperolehnya dari sumber yang halal dan bagaimana harta tersebut digunakan selama hidupnya.

Dalam konteks ini, pertanyaan "Dari mana asal memperoleh harta?" menyoroti apakah sumber pendapatan seseorang berasal dari yang halal atau tidak. Harta yang diperoleh dari cara-cara yang tidak halal, seperti penipuan, korupsi, atau kecurangan, dianggap tidak sah menurut ajaran Islam.

Sedangkan pertanyaan "Ke mana harta itu dibelanjakan?" menyoroti bagaimana harta tersebut digunakan selama hidupnya. Islam mengajarkan untuk menggunakan harta dengan cara yang baik dan bermanfaat, seperti untuk keperluan pribadi dan keluarga, serta untuk membantu orang lain yang membutuhkan, seperti memberikan sedekah dan amal.

Penting untuk diingat bahwa dalam Islam, memperoleh harta secara halal dan menggunakan harta tersebut dengan cara yang baik merupakan bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Pada hari Kiamat, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatannya, termasuk bagaimana mereka memperoleh dan menggunakan harta mereka.

Agar harta kita menjadi berkah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan menurut ajaran Islam:

1. Memperoleh harta dari sumber yang halal: Pastikan bahwa sumber pendapatan kita bersumber dari cara yang halal dan diperoleh dengan cara yang baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama.

2. Menunaikan zakat: Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam yang mampu, yang merupakan pengeluaran sebagian dari harta yang dimiliki untuk diberikan kepada yang berhak menerima, seperti fakir miskin, asnaf, dan lainnya. Menunaikan zakat secara rutin membantu membersihkan harta dari unsur-unsur yang tidak baik dan meningkatkan berkah dalam harta.

3. Memberikan sedekah: Selain zakat, memberikan sedekah juga merupakan cara untuk membersihkan harta dan mendatangkan berkah. Sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi juga bisa berupa waktu, tenaga, atau keahlian.

4. Menggunakan harta dengan bijak: Mengelola harta dengan bijak, termasuk merencanakan pengeluaran, berinvestasi secara cerdas, dan menghindari pemborosan, akan membantu mempertahankan berkah dalam harta.

5. Berbuat baik kepada sesama: Menggunakan harta untuk membantu sesama manusia, seperti memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, membangun infrastruktur sosial, atau menyumbang untuk tujuan kemanusiaan, juga dapat membawa berkah dalam harta.

6. Berdoa kepada Allah SWT: Berdoa kepada Allah SWT untuk memberkahi harta yang dimiliki dan meminta petunjuk-Nya dalam mengelola harta juga penting. Kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan harta, adalah kunci untuk mendapatkan berkah.

Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, diharapkan harta kita akan menjadi berkah dan mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat secara luas.

Kehalalan harta kita adalah inti keberkahan hidup

Benar sekali. Kehalalan harta adalah inti dari keberkahan hidup menurut ajaran Islam. Harta yang diperoleh dari sumber yang halal, yaitu dengan cara-cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan hukum yang berlaku, merupakan fondasi penting untuk mendapatkan berkah dalam hidup.

Kehalalan harta mencakup berbagai aspek, termasuk sumber pendapatan, cara mendapatkan harta, dan penggunaan harta tersebut. Dalam Islam, harta yang diperoleh dari cara yang halal dianggap sebagai berkah karena selaras dengan kehendak Allah SWT dan mengikuti aturan yang ditetapkan dalam agama.

Seseorang yang memperoleh harta dari sumber yang halal akan merasakan berkah dalam kehidupannya, baik secara materiil maupun spiritual. Kehalalan harta memastikan bahwa tidak ada unsur dosa atau kesalahan dalam proses memperolehnya, sehingga harta tersebut menjadi murni dan bermanfaat bagi kehidupan individu dan masyarakat.

Dengan menjadikan kehalalan harta sebagai fokus utama dalam mencari nafkah dan mengelola kekayaan, seseorang dapat mengharapkan berkah yang melimpah dari Allah SWT dalam segala aspek kehidupannya.

Membelanjakan harta di jalan kebaikan membuat hidup kita berkah dan bikin hidup lebih hidup.

Tepat sekali. Membelanjakan harta di jalan kebaikan tidak hanya memberikan manfaat bagi orang lain, tetapi juga membawa berkah dan kebahagiaan bagi diri sendiri. Islam mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada sesama dan mempergunakan harta dengan cara yang baik dan bermanfaat.

Membelanjakan harta di jalan kebaikan dapat berupa berbagai bentuk, seperti memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, menyumbang untuk tujuan kemanusiaan, membangun infrastruktur sosial, membantu pendidikan anak-anak yang kurang mampu, atau mendukung usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tindakan ini tidak hanya membawa manfaat materiil bagi penerima bantuan, tetapi juga memberikan kepuasan batin bagi pemberi bantuan. Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa memberikan sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang, bahkan dapat membawa keberkahan dan pertumbuhan dalam harta tersebut.

Selain itu, dengan membantu orang lain dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang bermanfaat, kita juga dapat memperluas jaringan sosial, memperoleh pengalaman baru, dan mendapatkan rasa kepuasan yang mendalam karena dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Dengan demikian, membiasakan diri untuk membantu sesama dan menggunakan harta untuk tujuan yang baik dan bermanfaat akan membawa berkah bagi kehidupan kita sendiri serta membuat hidup menjadi lebih berarti dan penuh makna.

Ingatlah selalu dalam kebaikan terkandung nikmat keberkahan dari Allah SWT.

Betul sekali. Dalam setiap tindakan kebaikan yang kita lakukan, terkandung nikmat keberkahan dari Allah SWT. Dalam ajaran Islam, Allah SWT menjanjikan berkah dan balasan yang melimpah bagi setiap amal baik yang dilakukan hamba-Nya dengan tulus dan ikhlas.

Menanamkan kesadaran akan nikmat keberkahan dalam setiap tindakan kebaikan adalah penting dalam memperkokoh iman dan menjaga hubungan kita dengan Allah SWT. Ketika kita melakukan kebaikan dengan niat yang tulus dan ikhlas, Allah SWT akan memberikan berkah dalam berbagai bentuk, baik dalam kehidupan dunia maupun di akhirat.

Nikmat keberkahan dari Allah SWT juga bisa dirasakan melalui perasaan damai dan kebahagiaan yang kita rasakan saat kita berbuat baik kepada sesama. Hal ini membuktikan bahwa Allah SWT senantiasa hadir dalam setiap tindakan kebaikan yang kita lakukan dan memberikan dukungan serta perlindungan-Nya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengingat dan mensyukuri nikmat keberkahan dari Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan kita, terutama dalam melakukan kebaikan kepada sesama. Dengan demikian, kita dapat terus termotivasi untuk melakukan amal kebaikan yang lebih banyak lagi dan menjadikan hidup kita lebih bermakna dan berkah.

Manejemen pengelolaan Harta dalam Islam

Manajemen pengelolaan harta dalam Islam sangat ditekankan untuk memastikan bahwa harta yang dimiliki dikelola dengan bijak dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama. Berikut adalah beberapa prinsip dasar dalam manajemen pengelolaan harta dalam Islam:

1. Kehalalan: Prinsip utama dalam manajemen pengelolaan harta dalam Islam adalah memastikan bahwa harta tersebut diperoleh dari sumber yang halal dan sesuai dengan hukum syariah. Hal ini mencakup memastikan bahwa pendapatan berasal dari usaha yang halal, investasi yang tidak melanggar prinsip syariah, dan menghindari segala bentuk penipuan, riba, atau sumber pendapatan yang tidak sah.

2. Zakat: Zakat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, yaitu memberikan sebagian dari harta yang dimiliki kepada yang berhak menerima, seperti fakir miskin, asnaf, dan lainnya. Zakat bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga merupakan bagian dari manajemen pengelolaan harta yang menghilangkan sifat kikir dan membantu membersihkan harta dari unsur-unsur yang tidak baik.

3. Bersikap hemat dan tidak boros: Islam mengajarkan untuk bersikap hemat dan tidak boros dalam menggunakan harta. Ini termasuk merencanakan pengeluaran dengan bijak, menghindari pemborosan pada hal-hal yang tidak penting, dan memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan yang benar-benar diperlukan.

4. Berinvestasi dengan bijak: Islam mendorong umatnya untuk berinvestasi dengan bijak untuk meningkatkan nilai harta dan mendapatkan penghasilan tambahan. Namun, investasi harus dilakukan sesuai dengan prinsip syariah, menghindari investasi yang melanggar hukum agama, seperti investasi dalam perjudian, alkohol, atau industri yang merugikan lingkungan.

5. Memberikan sedekah dan infaq: Selain zakat, memberikan sedekah dan infaq juga merupakan bagian penting dari manajemen pengelolaan harta dalam Islam. Sedekah dan infaq membantu membersihkan harta dari sifat keserakahan, meningkatkan rasa empati terhadap sesama, dan mendatangkan berkah dalam kehidupan.

6. Berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT: Dalam manajemen pengelolaan harta, penting untuk selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT. Meminta petunjuk-Nya dalam setiap keputusan finansial, bersyukur atas nikmat yang diberikan, dan memohon perlindungan-Nya dari sifat serakah dan boros merupakan bagian integral dari manajemen harta dalam Islam.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam manajemen pengelolaan harta, seorang Muslim diharapkan dapat mengelola harta dengan bijak, mendapatkan berkah dalam kehidupan dunia dan akhirat, serta memperoleh kebahagiaan yang sejati dalam hidup.

Utang Riba Bikin Sejahtera? Gimana Bisa?

Utang Riba Bikin Sejahtera? Gimana Bisa?
Ustadz Labib: Sebuah Kezaliman Menjamu Israel yang Memerangi Palestina

Oleh: Achmad Luthfi

Pemerhati Anak Muda

Tsaqofatuna.id - Hai, sekarang saya mau cerita soal utang negara, guys! Jadi, ceritanya utang negara-negara berkembang lagi pada ngegas, termasuk negara kita nih, Indonesia. Utangnya terus meroket setiap tahun. World Bank pernah ngomong, utang bener-bener bikin negara krisis, terutama yang ekonominya lagi goyah. Tapi, ada yang bilang ke kita-kita, "Santai aja, bro, utang kita masih aman!"

Oke lah, ini ada update terkini dari Kemenkeu! Utang pemerintah kita naik lagi, tembus Rp8.253,09 triliun per Januari 2024. Naik sekitar Rp108,4 triliun dari Desember 2023, yang waktu itu sudah mencapai Rp8.144,69 triliun. Rincian jelasnya kayak gini nih, utang ini terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN), yaitu 88,19 persen atau Rp7.278,03 triliun. Sisanya, 11,81 persen atau Rp975,06 triliun, itu dari pinjaman. Kalo diurai lagi, SBN punya dua jenis, bro, ada SBN domestik yang mencapai Rp5.873,38 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) Rp4.741,85 triliun dan SBN Syariah Rp1.131,54 triliun. Sementara SBN Valuta Asing sudah, yang dalam mata uang asing, ada SUN Rp1.058,17 triliun dan SBN Syariah Rp346,49 triliun. Selain itu, utang dari pinjaman juga jadi bagian penting. Pinjaman dalam negeri mencapai Rp36,23 triliun, dan pinjaman luar negeri sebesar Rp938,83 triliun (cnnindonesia.com, 27/02/2024).

Nah, ada juga yang bilang tenang aja lah, toh rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di bawah batas aman (60%), cuma 38,75 persen. Tapi, hati-hati guys, statement seperti ini perlu di sikapi serius. Soalnya, menurut saya PDB itu gak bisa jadi cerminan kemampuan negara bayar utang. Alasan kalo rasio rendah artinya aman itu bisa bias dan membingungkan. Ada yang ngebahas juga, membandingkan rasio utang kita dengan negara maju. Meskipun utang kita lebih kecil daripada negara maju kayak Amerika Serikat dan Jepang, tapi nggak berarti aman, loh!

Bro, cek nih penjelasan Ekonom Awalil Rizky di Channel YouTube! katanya, rasio utang negara terhadap pendapatan sampai 310,93% pada tahun 2023, terus 317,63% di tahun 2024. Sudah melebihi saran International Monetary Fund (IMF) sama International Debt Relief (IDR) yang bilang aman kalo berada di kisaran 90-150% atau 92-167%.

Di sisi lain, sepertinya negara kita sudah jatuh ke dalam jebakan utang, guys! Bayar utang bukan buat modal produktif, tapi buat bayar utang lagi. Tragisnya, duitnya nggak buat bayar pokok utang, tapi buat bayar bunganya.

Utang di sistem ekonomi kapitalis ini suka gak suka juga bikin bunga utang. Utangnya aja sudah ngebebanin Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), apalagi ditambah dengan bunga utangnya. Dimana pendapatan terbesar untuk membiayai APBN sumbernya dari pajak rakyat. Bisa jadi rakyat sendiri yang bayar pajak, tapi nggak ngerasain manfaat utangnya secara langsung. Malah hidupnya makin susah karena terkadang ada kebijakan pemotongan subsidi seperti untuk bahan bakar, kesehatan, pupuk, dan lain-lain. Sedangkan, utangnya terus meroket, baik pokok maupun bunganya, dan harus dibayarin dari uang pajak rakyat.

Yuk kita simak lagi penjelasan Ekonom Awalil Rizky di Channel YouTube! Bunga yang harus Pemerintah bayar juga nggak main-main loh. Bayar bunga utang tahun 2023 aja sudah Rp 437,4 triliun, tahun 2024 malah Rp 497,32 triliun. Bener-bener makan APBN, uang segitu gede buat bayar bunga utang doang! Terus, rasio bayar bunga utang sampe 16,59% tahun 2023, dan 17,75% tahun 2024. Jauh banget dari saran IMF dan IDR yang aman 7-10% atau 4,6-6,8%. Gimana, bro!

Utang berbunga (riba), gak peduli alasannya, itu haram loh. Umat Islam harus bangun bro, lepas dari utang riba. Kita harus sadar, ini gak bakal kelar kalo Indonesia masih percaya sama ekonomi ekonomi kapitalis yang membolehkan riba. Padahal Allah sudah bilang: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan tinggalkan sisa-sisa riba jika kalian adalah kaum Mukmin “, (TQS al-Baqarah [2]: 278).

Sistem ekonomi kapitalis juga bikin riba merata ke seluruh negeri, loh. Bahkan yang gak terlibat langsung sama riba bisa kena dampaknya, kayak yang pernah dibilang Rasulullah SAW, " Akan datang suatu zaman kepada manusia. Saat itu mereka memakan riba. Kalaupun ada orang tidak memakan riba secara langsung, dia akan terkena debunya “ (HR an-Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan al-Hakim). Emang kerasa banget dampaknya.

Rusaknya ekonomi negeri ini dan jeratan utang riba yang mencekik tidak akan selesai hanya dengan pergantian kepemimpinan. Harus ada perubahan, bro, ke arah penerapan syariah Islam dalam segala aspek kehidupan. Gak bisa lagi main di sistem ekonomi kapitalis kayak sekarang. Apapun pemimpinnya, kalo gak bawa syariah Islam, pasti bakal tetep terjerat sama utang riba yang haram dan pasti bikin susah hidup.

Harusnya negara punya ekonomi yang mandiri, guys! Tapi kemandirian ekonomi itu baru bisa muncul kalo kita ngikutin syariah yang diperintahkan sama Allah SWT, gitu loh. Coba cek sejarah, bro! Negara yang dibangun sama Rasulullah SAW, ekonominya jadi kuat dan politiknya juga mantap. Jadi negara yang bisa merdeka dan bener-bener bikin rakyatnya sejahtera. Kesejahteraan dalam Islam itu dihitung per orang, guys! Nah, kesejahteraan itu beneran terjadi lewat sistem keuangan negara Islam yang ngatur harta yang didapat dan dialokasikan (distribusi) ke yang berhak.

Ada tiga sumber pendapatan yang masuk ke Baitul Mal: Pertama, ada fa'i kharaj dan jizyah, guys. Kedua, dari hasil pengaturan aset umum kayak barang tambang dan hutan. Ketiga, ada sumber pemasukan lain, kayak zakat harta, zakat ternak, zakat pertanian, sampe bisnis emas dan perak. Ini tiga sumber pendapatan yang bakal mengalirkan harta ke Baitul Mal, sehingga bida fokus di sektor yang produktif dan nggak terjerat utang riba. Plus, rakyat gak dibebanin pajak di mana-mana. Keren, kan?

Sistem ekonomi Islam juga membagi harta kekayaan jadi tiga, guys: kemilikan individu, kemilikan umum, dan kemilikan negara. Semua ini membantu banget kontribusinya ke Baitul Mal, yang paling gede itu dari harta kemilikan umum, yaitu sumber daya alam yang diurus sama negara dan harta kemilikan negara yang dikelola sama negara.

Kalo sistem Islam dijalankan, APBN bisa surplus, bro! Karena pendapatan yang diterima dari berbagai sumber pendapatan lebih besar dari pengeluarannya, jadi nggak perlu tarik pajak masyarakat atau berutang untuk menutup biaya operasionalnya. Ini beneran bukti keadilan dan kekuatan sistem keuangan negara Islam, guys!

Semangat banget nih, guys! Yuk, sama-sama belajar dan pikirin masa depan ekonomi kita dengan bijak!

Orang-orang Yang Dirindukan Surga

Orang-orang Yang Dirindukan Surga

DR Nasrul Syarif M.Si.

(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Tsaqofatuna.id - Sobat. Umat Muhammad SAW banyak dikasih keistemewaan dan Keutamaan yang belum pernah diberikan kepada umat sebelumnya. Salah satu diantaranya diberi Bulan Ramadhan yang bulan penuh berkah dan Ampunan dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa merasa gembira dengan masuknya bulan Ramadhan , maka Allah mengharamkan tubuhnya terhadap neraka.”

Dari Ibnu Abbas ra bahwa dia mengatakan : “ Pernah saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “ Sekiranya umatku tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar setahun penuh menjadi Ramadhan. Karena pada bulan itu kebaikan dihimpun, ketaatan diterima, doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, sedangkan surga merindukan mereka.”

OLeh karena itu Rasulullah SAW bersabda, “ Surga itu rindu kepada empat orang : Orang yang membaca A-Qur’an. Orang yang menjaga lidahnya. Orang yang memberi makan kepada mereka yang kelaparan. Dan orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan.

Allah SWT berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ يَرۡجُونَ تِجَٰرَةٗ لَّن تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٞ شَكُورٞ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” ( QS. Fathir (35) : 29-30 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang selalu membaca Al-Qur'an, meyakini berita, mempelajari kata dan maknanya lalu diamalkan, mengikuti perintah, menjauhi larangan, mengerjakan salat pada waktunya sesuai dengan cara yang telah ditetapkan dan dengan penuh ikhlas dan khusyuk, menafkahkan harta bendanya tanpa berlebih-lebihan dengan ikhlas tanpa ria, baik secara diam-diam atau terang-terangan, mereka adalah orang yang mengamalkan ilmunya dan berbuat baik dengan Tuhan mereka. Mereka itu ibarat pedagang yang tidak merugi, tetapi memperoleh pahala yang berlipat ganda sebagai karunia Allah, berdasarkan amal baktinya. Firman Allah:

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. (an-Nisa'/4: 173)

Selain dari itu, mereka juga akan memperoleh ampunan atas kesalahan dan kejahatan yang telah dilakukan, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri hamba-hamba-Nya, memberikan pahala yang sempurna terhadap amal-amal mereka, memaafkan kesalahannya dan menambah nikmat-Nya. Sejalan dengan ini firman Allah:

Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. (asy-Syura/42: 23)

Allah SWT berfirman :

وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ هُوَ ٱلۡحَقُّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِعِبَادِهِۦ لَخَبِيرُۢ بَصِيرٞ

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Quran) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” ( QS. Fathir (35) : 31 )

Sobat. Sesungguhnya Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Kitabullah yang benar-benar diturunkan dari Allah. Oleh karena itu, Allah mewajibkan kepada Nabi dan kepada segenap umatnya untuk mengamalkan ajarannya dan mengikuti pedoman-pedoman hidup yang terdapat di dalamnya. Bila seorang muslim telah mematuhi secara sempurna ajaran Al-Qur'an itu, maka ia tidak perlu lagi mengamalkan kitab-kitab suci sebelumnya, sekalipun diwajibkan untuk mengimaninya.

Sebab apa yang pernah diterangkan dalam kitab-kitab sebelumnya, telah dibenarkan oleh Al-Qur'an. Dengan kata lain, beriman dengan kitab-kitab suci yang pernah diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad bukan berarti mengamalkan ajarannya, tetapi cukup mengimani kebenarannya, sebab intisari dari apa yang tercantum dalam kitab-kitab itu telah tertera pula dalam Al-Qur'an. Allah Maha Mengetahui perihal hamba-Nya. Allah Mahateliti akan aturan-aturan hidup yang perlu bagi mereka. Atas dasar itulah Dia menetapkan aturan dan hukum-hukum yang sesuai dengan kehidupan mereka, di mana dan kapan mereka berada. Guna kesejahteraan manusia seutuhnya, Allah mengutus para rasul dengan tugas menyampaikan syariat-Nya, di mana Nabi Muhammad adalah rasul terakhir yang diutus untuk sekalian manusia sampai hari Kiamat. Risalah dan syariat yang dibawanya kekal dan abadi sampai tibanya hari Kiamat.

Firman Allah:

Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. (al-An'am/6: 124)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud pengetahuan Allah yang Mahaluas mengenai perihal hamba-Nya itu ialah Dia mengangkat derajat para nabi dan rasul melebihi manusia keseluruhannya. Bahkan di antara mereka (para nabi) itu sendiri berbeda-beda tingkat ketinggiannya, dan kedudukan Nabi Muhammad melebihi semua mereka.

Sobat. Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata Manusia itu terbagi menjadi tiga golongan dalam Ibadah atau penyembahan dan tiap-tiap golongan mempunyai ciri khas tersendiri. Adapun ketiga golongan tersebut adalah :

1. Golongan manusia yang menyembah Allah karena takut terhadap azab-Nya. Ciri-ciri khasnya ; Merendahkan dirinya dihadapan Allah, Menganggap kebaikannya sedikit. Menganggap keburukannya banyak.

2. Golongan manusia yang menyembah Allah karena berharap rahmat-Nya. Ciri-cirinya ; Menjadi teladan bagi orang lain dalam segala kondisi. Menjadi paling dermawan dengan harta dunianya karena dia zuhud dalam urusan duniawi. Selalu berbaik sangka kepada Allah terhadap segala yag diciptakan-Nya.

3. Golongan manusia yang menyembah Allah karena cinta kepada-Nya. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut ; Akan memberikan apa yang dicintainya dan tidak menghiraukan apa pun jika telah mendapatkan ridha Allah SWT.Akan mengerjakan amal sholeh sekalipun kemauannya menolak dan tidak memberi ruang untuk mengikuti hawa nafsu, yang penting Allah meridhainya. Selalu menaati perintah Tuhannya dan menjauhi larangan-Nya.

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُم بِٱلۡغَيۡبِ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَأَجۡرٞ كَبِيرٞ

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” ( QS. Al-Mulk (67) : 12 )

Sobat. Ayat ini menerangkan tanda-tanda orang bertakwa yang tunduk dan patuh kepada Allah, dan yakin bahwa Allah mengetahui segala yang mereka lakukan baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Tanda-tanda itu ialah:

1. Senantiasa takut kepada azab Allah walaupun azab itu merupakan suatu yang gaib, tidak tampak dan belum tentu kapan datangnya.

2. Merasa takut akan kedatangan hari Kiamat, karena mengingat malapetaka yang akan terjadi pada diri mereka seandainya mengingkari Allah, seperti peristiwa yang akan terjadi pada hari perhitungan, hari pembalasan, dan azab neraka yang tiada terkirakan.

3. Yakin dan percaya bahwa Allah selalu mengawasi, memperhatikan, dan mengetahui di mana dan dalam keadaan bagaimana mereka setiap saat.

Dalam hadis Nabi Muhammad disebutkan:

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Tak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah. (Riwayat at-Tirmidhi, an-Nasa'i, Ahmad, al-hakim, dan lainnya)

Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh, tidak ada kekhawatiran terhadap diri mereka dan mereka tidak bersedih hati terhadap segala sesuatu yang luput dari mereka, sebagaimana firman Allah:

Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (al-Baqarah/2: 277)

Orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah selalu merasa mendapat pengawasan dari-Nya. Mereka yakin bahwa Dia melihat dan memperhatikan mereka, sebagaimana yang diucapkan Nabi Muhammad dalam konteks ihsan: Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu. (Riwayat al-Bukhari, Muslim, dan Abu Hurairah)

Allah menjanjikan bahwa orang-orang mukmin yang bersifat demikian akan diampuni dosa-dosanya dan akan diberi pahala yang besar di akhirat kelak.

Fenomena Rental Girlfriend, Generasi Muda Sedang Menuju Kemunduran

Fenomena Rental Girlfriend, Generasi Muda Sedang Menuju Kemunduran

Oleh : Abu Ai (Wibu Ideologis)

Tsaqofatuna.id - Rental Girlfriend atau sewa pacar beberapa tahun ini menjadi viral di kalangan masyarakat terkhusus bagi para pemuda. Tren ini bermula dari Jepang sekitar tahun 2012 yang akhirnya saat ini sudah merambah ke Indonesia. Dilansir dari Suara.com, mereka kerap menjajakan jasanya melalui akun Instagram dan telah beroperasi di beberapa kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Pekanbaru, dan Yogyakarta. Jasa Rental Girlfriend ini biasanya memposisikan dirinya sebagai agen, sehingga mereka punya banyak sekali talent dan membuat harga yang di tawarkan pun cukup bervariatif.

Mereka meraup keuntungan dengan cara memanfaatkan rasa kesepian para jomblo. Mereka juga memberi iming-iming kepada para jomblo yang ter-bully akibat tak miliki seorang kekasih.

Hal ini sangat menggiurkan bagi para kawula muda, karena bisa melampiaskan rasa tersebut tanpa harus galau memikirkan perasaan cinta yang sangat rumit. Mereka juga bisa membawa kemanapun pacar yang disewanya bahkan mereka juga bisa memamerkannya.

Dalam Islam tentu hal ini tidak di perbolehkan. Bayangkan, hukum pacaran saja dalam Islam adalah haram, apalagi menyewa pacar. Tentu tak ada bedanya dengan pelacur, meski berbeda antara hukuman bagi orang yang pacaran dengan orang yang berzina, namun mereka sama sama dibayar untuk bermaksiat kepada Allah. Sesuai dengan kaidah :

وما أدى إلى الحرام فهو حرام

Apa saja yang dapat terlaksananya perbuatan haram, maka itu juga haram. (Imam Izzuddin bin Abdussalam,Qawaid Al Ahkam fi Mashalihil Anam, 2/184. Syaikh Zakariya bin Ghulam Qadir Al Bakistani, Ushul Al Fiqh ‘Ala Manhaj Ahlil Hadits, Hal. 114)

Tentu ketika mereka menyewa pacar juga aktifitas mereka juga tak jauh-jauh dari pacaran, dan Allah pun melarang kita untuk berpacaran tanpa adanya ikatan pernikahan. Dalam QS. Al-isra’ ayat 32, Allah SWT menegaskan bahwasanya kita tidak boleh mendekati zina, bayangkan saja untuk mendekati saja kita tidak di perbolehkan apalagi dengan berzinanya. Tentu banyak sekali aktivitas yang mendekatkan pada zina, namun aktivitas tersebut banyak terjadi pada pacaran. Semisal larangan untuk berduaan dengan yang bukan mahram, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا يخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما

“Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Ahmad).

Tentu tak hanya itu bahkan dalam Islam juga kita dilarang untuk menyentuh wanita yang bukan mahram, apalagi sampai bergandengan tangan atau berpelukan jelas itu sangat dilarang. Bahkan dalam Hadits ini diriwayatkan Imam ath-Thabrâni dalam al-Mujamul Kabîr, dengan tegas Rasulullah SAW mengatakan bahwa seorang laki-laki ditusuk dengan jarum besi itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang bukan mahram.

Bahkan dalam QS An-Nur Ayat 30-31 kita di perintahkan untuk menjaga pandangan kita kepada wanita yang bukan mahrom, lalu bagaimana dengan pacaran? Tentu tak afdol rasanya jika berbicara tanpa saling bertatapan bukan?

Memang sudah selayaknya kita sebagai seorang muslim, terkhusus bagi yang masih muda, tidak mengikuti budaya dari kaum sekuler yang memang dasarnya mereka menjauhkan agama dari kehidupan dunia ini. Memang menginginkan hal tersebut adalah fitrah kita sebagai manusia, namun penyalurannya juga harus menggunakan cara yang benar, yakni menikah dan ini di benarkan dalam Islam. Bahkan dalam Islam, menikah merupakan penyempurna dari separuh agama, yang mana pula dengan menikah kita bisa dengan bebas saling memandang, bersentuhan, bahkan berduaan tanpa harus khawatir dosa, malah justru berpahala.

Memilih Perubahan dalam Ranah Sistem Kepemimpinan

Memilih Perubahan dalam Ranah Sistem Kepemimpinan

Abu Haziq|Aktivis Dakwah

Tsaqofatuna.id - Dalam sistem demokrasi, banyak orang mengira bahwa memilih pemimpin melalui jalan pemilu merupakan solusi perubahan atas negeri ini. Perubahan yang di maksud adalah menuju arah Islam. Namun faktanya pemilu dalam sistem demokrasi justru akan menghambat perubahan yang diingankan tersebut. Hambatan perubahan tersebut pada dasarnya dapat dicermati salah satunya dalam hal kedaulatan. Dalam Islam kedaulatan itu hanya milik Allah swt yaitu syariat Islam. Sedangkan pada sistem demokrasi kedaulatan ada di tangan rakyat. Hal ini mengakibatkan syarat akan kepentingan suatu kelompok atau golongan. Faktanya tampak jelas di negri ini salah satunya UU Minerba dan Omnibus law.

Selain itu dalam sistem demokrasi tidak adanya tolak ukur untuk menentukan kebenaran apalagi halal – haram. Dalam hal ini kebenaran dapat berubah menjadi salah ketika hal itu disepakati bersama. Begitupun sebaliknya. Salah satu contohnya yaitu riba, dalam Islam jelas riba itu haram, bahkan pelakunya pun diperangin oleh Allah swt dan rasul-Nya (QS Al Baqarah 2:278 - 279). Namun dalam sistem demokrasi hal itu diperbolehkan karena dapat memberikan keuntungan bagi negara.

Dari sisi sejarah sistem demokrasi melahirkan peradaban yang rusak, menciptakan kesenjangan sosial, hingga perpecahan antar umat. Berbeda dengan Islam, terbukti mampu menciptakan peradaban yang mulia, mulai dari toleransi antar umat beragama hingga kaum perempuan. Peradaban ini pernah terjadi selama kurang lebih 1400 tahun lamanya, hingga akhirnya runtuh dikarenakan terpengaruhnya kaum Muslim dari pemikiran-pemikiran barat dan lemahnya tsaqafah Islam.

Dalam ranah pendidikan, sistem Islam memberikan metode yang berbeda dengan sistem demokrasi yaitu membentuk kepribadian yang Islami sehingga menciptakan generasi yang tidak hanya berorientasi dunia namun juga akhirat. Hal tersebut di berikan oleh negara secara gratis dan dapat diperoleh oleh seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan dalam sistem demokrasi, pendidikan merupakan alat untuk menciptakan suatu materi saja. Artinya pendidikan berfungsi melahirkan generasi yang hanya memikirkan keuntungan materi saja tidak peduli itu dengan cara halal ataupun haram. Salah satu contohnya yaitu sering terjadi kasus korupsi oleh seorang pejabat yang memiliki pendidikan yang tinggi.

Jika dilihat dalam hal pendapatan negara, sistem demokrasi memperoleh pendapatan yang paling besar salah satunya melalui pemungutan pajak. Pemungutan pajak ini berlaku untuk semua lapisan masyarakat. Hal ini tentu memberatkan untuk sebagian kalangan masyarakat yang tidak mampu. Misalnya pada pajak kendaraan bermotor. Meskipun sudah menjadi hak pribadi namun tetap harus membayar sejumlah pajak, bila tidak membayarnya akan terkena sanksi salah satunya pelarangan kendaraan beroperasi. Berbeda dengan sistem Islam, pendapatan diperoleh salah satunya dari sektor real yaitu pengelolaan sumber daya alam yang dikelola oleh negara dan hasilnya untuk semua lapisan masyarakat. Kalaupun ada pungutan pajak, itu dikarenakan kondisi negara sedang tidak stabil. Pungutan pajak ini pun hanya berlaku pada kalangan orang kaya saja.

Secara ekonomi, sistem demokrasi menitikberatkan pada mekanisme pasar dalam memperoleh kekayaan. Sehingga memaksaakan individu masyarakat untuk saling bersaing didalamnya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Tentu ini tidak adil jika beberapa individu tidak memiliki modal dan akhirnya timbul ketimpangan-ketimpangan di lapisan masyarakat. Sedangkan dalam sistem Islam, distribusi kekayaan terwujud secara adil dengan cara menjamin setiap individu dalam kebutuhan dasarnya. Sehingga masyarakat dapat hidup tenang dan fokus ke aktivitas lainnya.

Itulah beberapa perbandingan antara sistem demokrasi dan sitam Islam yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam memilih pemimpin. Apakah pemimpin tersebut melanjutkan kepemimpinannya dengan sistem demokrasi atau mungkin melakukan perubahan secara mendasar dengan menggantinya dengan sistem Islam? Padahal negri ini merupakan negri dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Jangan sampai mengaku umat Islam namun menolak sistem Islam karena dianggap ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan founding father di negeri ini.

Tips Bahagia Menurut Imam Syafií

Tips Bahagia Menurut Imam Syafií

Oleh: DR. Nasrul Syarif M.Si.

Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality - Meraih Sukses tanpa batas

Tsaqofatuna.id - Sobat. Imam syafií rahimahullah memberi wasiat tentang lima hal yang dapat mengantarkan seseorang pada kebahagiaan dan kebaikan dunia akherat. Kata beliau, “ Ingin bahagia? Miliki kekayaan jiwa, jangan menyakiti, usaha yang halal, pelihara taqwa, dan yakin dengan Allah dalam setiap kondisi.

Sobat. Artikel ini kita akan membahas lima hal yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki :

1. Memiliki kekayaan jiwa. Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Kekayaan itu bukan soal keberlimpahan harta benda dunia, melainkan kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa.”

Sobat. Hadits ini menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukanlah terletak pada jumlah harta yang dimiliki seseorang, melainkan pada kondisi hati dan jiwa yang merasa cukup dengan apa yang Allah SWT berikan. Orang yang kaya jiwa adalah orang yang mensyukuri nikmat Allah SWT, tidak tamak, tidak iri, tidak bakhil, tidak sombong, dan tidak takut kehilangan harta. Orang yang kaya jiwa juga tidak bergantung pada manusia atau harta, melainkan hanya pada Allah SWT. Orang yang kaya jiwa selalu merasa puas dengan apa yang ada, dan tidak mengeluh dengan apa yang tiada.

Sobat. Kekayaan jiwa adalah kekayaan yang menentramkan hati dan mendamaikan pikiran. Orang yang kaya jiwa tidak mudah terpengaruh oleh godaan dunia atau tipu daya setan. Orang yang kaya jiwa juga tidak mudah tergoda oleh rayuan syahwat atau bisikan nafsu. Orang yang kaya jiwa selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah dan akhlaknya kepada Allah SWT dan sesama makhluk.

2. Menahan diri dari menyakiti. Sobat. Siapa yang menggali lubang, dialah yang akan jatuh ke dalamnya. Begitulah kira-kira gambaran kehidupan dunia. Apabila seseorang berani dan rela menyakiti orang lain, ia tidak akan hidup tenang. Sebab, orang itu akan berusaha membalasnya, begitulah selamanya. Apabila kita mampu menahan diri dari menyakiti orang lain, bahkan dari orang yang menyakiti kita, maka selamanya kita akan merasa tenang dan tidak terlibat dalam permusuhan yang hanya akan membawa sengsara.

3. Usaha yang halal. Harta yang halal adalah kunci meraih keberkahan hidup, sebaiknya usaha haram akan membawa malapetaka di dunia dan mendapat siksa di akherat. Usaha yang haram itu berefek buruk kepada diri sendiri dan orang lain.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 172 )

Sobat. Di dalam ayat ini ditegaskan agar seorang mukmin makan makanan yang baik yang diberikan Allah, dan rezeki yang diberikan-Nya itu haruslah disyukuri. Dalam ayat 168 perintah makan makanan yang baik-baik ditujukan kepada manusia umumnya. Karenanya, perintah itu diiringi dengan larangan mengikuti ajaran setan. Sedangkan dalam ayat ini perintah ditujukan kepada orang mukmin saja agar mereka makan rezeki Allah yang baik-baik. Sebab itu, perintah ini diiringi dengan perintah mensyukurinya.

4. Pakaian Taqwa. Taqwa artinya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Taqwa dapat memberikan ketenangan yang luar biasa, karena hati manusia sebenarnya meminta kesucian bukan kegelapan maksiat. Maksiat yang kita lakukan seolah berbekas hitam pada hati, sehingga menimbulkan perasaan gelisah tak menentu. Terkadang pelaku maksiat tidak menyadari bahwa kegelisahannya akibat dari maksiat yang dilakukannya.

5. Yakin kepada Allah dalam segala kondisi. Orang yang yakin pada pertolongan Allah dalam kesukaran, ia akan mendapat kemudahan. Orang yang berharap hanya kepada manusia biasanya akan kecewa.

وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” ( QS. Ath-Thalaq ( 65) : 3 )

Sobat. Sesungguhnya janji Allah itu benar. Sebagaimana firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” ( QS. Fathir (35) : 5 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan kebenaran janji-Nya, yaitu terjadinya hari Kebangkitan dan hari Pembalasan. Apabila seseorang taat kepada perintah-Nya akan diberi pahala, dan orang yang mendurhakai-Nya akan disiksa. Janji Allah pada waktunya akan menjadi kenyataan. Dia itu tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana firman Allah:

Sungguh, Allah tidak menyalahi janji. (ali 'Imran/3: 9)

Oleh karena itu, tidaklah pada tempatnya bila seseorang teperdaya dengan kehidupan dunia yang mewah, sehingga ia "lupa daratan", bahkan melupakan Tuhan. Semua waktunya dipergunakan untuk menumpuk harta tanpa mengingat Allah sedikit pun. Hal demikian itu dilarang oleh Allah sebagaimana firman-Nya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta benda dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. (al-Munafiqun/63: 9)

Begitu pula janganlah seseorang dapat tertipu dan teperdaya dengan bujukan dan godaan setan, dengan mudah menuruti bisikan dan ajakannya karena setan tidak hanya mengajak kepada hal-hal yang keji dan mungkar, tetapi kadangkala ia menyuruh orang untuk berbuat baik dengan tujuan ria. Allah berfirman :

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ وَمَن يَتَّبِعۡ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۚ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنۡ أَحَدٍ أَبَدٗا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٞ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( QS. An-Nur (24) : 21 )

Sobat. Pada ayat ini Allah memperingatkan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, agar mereka itu jangan menuruti ajakan setan, mengikuti jejak dan langkahnya, seperti suka dan senang menyebarluaskan aib dan perbuatan keji di antara orang-orang yang beriman.

Barangsiapa yang senang mengikuti langkah-langkah setan, pasti ia akan terjerumus ke lembah kehinaan, berbuat yang keji dan mungkar, karena setan itu memang suka berbuat yang demikian. Oleh karena itu jangan sekali-kali mau mencoba-coba mengikuti jejak dan langkahnya.

Sekiranya Allah tidak memberikan karunia dan rahmat kepada hamba-Nya dan yang selalu membukakan kesempatan sebesar-besarnya untuk bertobat dari maksiat yang telah diperbuat mereka, tentunya mereka tidak akan bersih dari dosa-dosa mereka yang mengakibatkan kekecewaan dan kesengsaraan, bahkan akan disegerakan azab yang menyiksa mereka itu di dunia ini, sebagaimana firman Allah:

Dan Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya Dia tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. (an- Nahl/16: 61)

Allah Yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi, bagaimana pun juga, Dia tetap akan membersihkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dari hamba-Nya, dengan menerima tobat mereka seperti halnya Hassan, Mistah bin Utsatsah dan lainnya. Mereka itu telah dibersihkan dari penyakit nifak, sekalipun mereka itu telah berperang secara aktif di dalam penyebaran berita bohong yang dikenal dengan "haditsul-ifki", Allah Maha Mendengar segala apa yang diucapkan yang sifatnya menuduh dan ketentuan kebersihan yang dituduh, Maha Mengetahui apa yang terkandung dan tersembunyi di dalam hati mereka yang senang menyebarkan berita-berita keji yang memalukan orang lain.

Sobat. Ilmu yang benar tidak mungkin bertentangan dengan agama yang benar. Sains telah engbah pikirannya lebih dari sekali dalam satu masalah. Tetapi kitab yang ada di tangan kita ini (Al-Qur’an) tetap dalam kondisinya selama seribu empat ratus tahun.

Maka siapa pun yang menghendaki kebahagiaan yang sejati jadikanlah Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Jadikanlah Islam sebagai pandangan hidup dan ideologi dalam kehidupan kita.

Amaliyah Dakwah Rasulullah ﷺ Mengikuti Marhalah Dakwahnya

Amaliyah Dakwah Rasulullah ﷺ Mengikuti Marhalah Dakwahnya

DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN

Tsaqofatuna.id - Sobat. Sebagaimana artikel sebelumnya ada tiga tahapan atau marhalah dakwah Rasulullah SAW :

1. Marhalah tatsqif wa takwin. Tahap Pembinaan dan Pembentukan. Pembinaan kader dakwah dan pembentukan kerangka gerakan.

Rasul memulai dakwah dengan mengajak manusia memeluk Islam.Rasul membina mereka dengan pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum Islam. Rasul menghimpun mereka dalam satu kutlah (kelompok).Pembentukan kutlah dakwah dilakukan secara rahasia.Rasul membina di rumah-rumah mereka, terkadang di bukit-bukit, terkadang di rumah al-Arqam. Tahap ini berakhir setelah turun perintah untuk berdakwah secara terang-terangan (QS. Al-Hijr: 94).

2. Marhalah tafa’ul ma’al ummah wal kifah.Tahap Interaksi dan Perjuangan. Berinteraksi di tengah masyarakat dan melakukan perjuangan politik. Melakukan thalabun nushroh.

Tahap ini dimulai dengan menampakkan kutlah (kelompok dakwah Rasulullah SAW) secara terang-terangan.Uslub yang digunakan Rasul yaitu dengan keluar bersama shahabat dalam 2 kelompok.Mereka keluar dengan barisan rapi mengitari Ka’bah.Mereka mendakwahkan Islam dan mengkritik sesembahan orang-orang kafir.

Amaliyah dakwah yang dilakukan oleh kutlah ini adalah:

1. Shiro’ul fikri, yaitu melakukan pergolakan pemikiran.

2. Kifahus siyasy, yaitu melakukan interaksi politik.

3. Kasyful khuthath, yaitu mengungkap ide kufur dan persengkongkolan orang-orang kafir.

4. Tabanny masholihul ummah, yaitu menjelaskan hak-hak kemashlahatan yang seharusnya diterima oleh ummat.

Ketika dakwah terus meluas, tekanan dakwahpun semakin menghebat, Rasul menyelesaikan tahap ini aktivitas tholabun nushroh, Tholabun nushroh, yaitu meminta pertolongan dan perlindungan kepada pemilik kekuasaan, agar mereka mau menyerahkan kekuasaannya.

Amaliyah Thalabun Nushrah: Rasul SAW mencari nushrah ke Thaif, menemui pemimpin Bani Tsaqif. Tetapi upaya ini gagal dan tertolak. Rasulullah SAW menemui pemimpin qabilah-qabilah yang datang ke musim Haji di Makkah untuk meminta nushrah. Tetapi juga gagal. Thalabun Nushrah yang sukses adalah dari Mush’ab Bin Umair di Yastrib. Puncak dari tahap ini ditandai dengan Bai’at Aqobah 2.

3. Marhalah tathbiq ahkamul Islam. Tahap Penerapan Hukum-hukum Islam.Menerapkan hukum Islam di dalam negeri dan mengemban dakwah dan jihad ke luar negeri.

Dalam Marhalah Tathbiq Ahkamul Islam. Di Madinah Rasul memulai dengan membangun masjid sebagai tempat shalat, bermusyawarah dan mengatur urusan masyarakat. Rasul mengangkat Abu Bakar dan Umar sebagai wazir. Rasul menjadi pemimpin negara, hakim dan komandan pasukan.

Rasul mengatur urusan pemerintahan dan menyelesaikan pertikaian dan perselisihan dengan hukum Islam. Rasul juga mengangkat komandan-komandan pasukan dan mengirimkannya ke luar madinah untuk mengemban dakwah dan jihad. Ketika Rasul wafat wilayah kekuasaan Rasul sudah meliputi seluruh jazirah Arab.

Allah SWT berfirman :

وَأَنِ ٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ وَٱحۡذَرۡهُمۡ أَن يَفۡتِنُوكَ عَنۢ بَعۡضِ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعۡضِ ذُنُوبِهِمۡۗ وَإِنَّ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلنَّاسِ لَفَٰسِقُونَ

“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” ( QS. Al-Maidah (5) : 49 )

Sobat. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan al-Baihaqi dari Ibnu Abbas, bahwa Kaab bin Asad, Abdullah bin Suriya, Wisyas bin Qais dari orang-orang Yahudi berkata "Mari kita pergi kepada Muhammad, mudah-mudahan kita dapat menyesatkannya." Maka pergilah mereka menghadap Rasulullah lalu mereka berkata kepada Rasulullah saw.:

"Hai Muhammad, kamu telah mengetahui bahwa kami ini adalah pendeta Yahudi, para pembesar dan pemimpinnya. Kalau kami mengikuti kamu, orang-orang Yahudi pasti mengikuti kami dan tidak akan ada di antara mereka yang berani menentang. Di antara kami dan kaum kami ada sengketa. Persengketaan itu akan kami bawa kepadamu, maka hendaklah engkau memenangkan kami terhadap mereka, dan kami akan beriman dan akan membenarkan kamu. Maka Rasulullah enggan (mengikuti kehendak mereka) itu dan Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat tentang perkara mereka.... wa anihkum bainahum bima anzala Allah...."(Riwayat Ibnu Jarir dan al-Baihaqi dari Ibnu Abbas)

Sobat. Nabi saw menolak permintaan mereka, maka turunlah ayat ini. Nabi Muhammad agar memutuskan perkara orang-orang Yahudi yang diajukan kepadanya sesuai dengan apa yang telah diturunkan Allah dan jangan sekali-sekali menuruti keinginan dan kehendak hawa nafsu mereka. Allah mengingatkan kepada Nabi supaya berhati-hati menghadapi siasat mereka, jangan sampai terjebak oleh tipu daya mereka yang ingin menyelewengkan beliau dari sebagian hukum yang telah diturunkan dan digariskan Allah kepadanya.

Kalau mereka masih juga berpaling dan tidak mau menerima keputusan yang berdasarkan apa yang telah diturunkan Allah karena memang maksud mereka meminta kepada Nabi untuk memutuskan perkaranya sekedar untuk memancing dan menjebaknya, kalau-kalau bisa berpaling dari hukum Allah.

Ketahuilah bahwa yang demikian itu karena Allah menghendaki akan menimpakan azab kepada mereka di dunia, akibat dosa-dosanya dan akan disempurnakan nanti di akhirat, siksaan yang amat pedih. Memang kebanyakan manusia adalah fasik, bersifat seperti orang-orang kafir, senang meninggalkan hukum-hukum Allah dan syariat yang telah dipilihkan untuk mereka.

Aktivitas yang dilakukan oleh Rasulullah SAW saat di Madinah adalah aktivitas Rasul sebagai kepala Negara dan Hakim.

Bagaimana aplikasi ‘Amaliyah Dakwah dan Thoriqoh dakwah Rasulullah SAW di era kekinian? Jangan ke mana-mana. Nantikan artikel selanjutnya masih bersama kami.

Bagaimana Thoriqoh Dakwah Rasulullah SAW?

Bagaimana Thoriqoh Dakwah Rasulullah SAW?

Oleh: DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN

Tsaqofatuna.id - Sobat. Dengan merujuk kepada Shirah Rasulullah SAW, kita ketahui bahwa beliau SAW telah menapaki jalan yang jelas, sejak diutusnya beliau oleh Allah SWT hingga keberhasilan beliau dalam menegakkan Negara Islam, yang hidup lebih dari tiga belas abad lamanya, menjadi tuan bagi dunia dan sebagai cahaya yang menyinari alam semesta.

Namun sebelum membahas mengenai thoriqoh dakwah Rasulullah SAW perlu kita membedakan mana thariqoh dan mana uslub dakwah. Sedangkan thoriqoh dakwah rasulullah SAW adalah Langkah dakwah yang hukumnya wajib. Menggunakan dalil khusus.Merupakan langkah dakwah yang bersifat pokok.Rasul melaksanakannya secara terus menerus, walaupun rintangannya berat (sebagai qarinah jazm).Bersifat baku (tetap).Tidak berubah sepanjang masa. Jika diamalkan tujuan dakwah pasti tercapai.

Sedangkan Uslub dakwah rasulullah SAW adalah Langkah dakwah yang hukumnya mubah. Menggunakan dalil yang umum. Merupakan langkah dakwah yang bersifat cabang. Rasul melaksanakannya secara tidak tentu, mengikuti situasi dan kondisi (sebagai qarinah ghairu jazm). Bersifat tidak baku (tidak tetap). Akan berubah mengikuti perkembangan zaman. Jika diamalkan tujuan dakwah belum tentu tercapai.

Sobat. Thariqoh Dakwah Rasulullah SAW meliputi : GHAYAH DAKWAH; Mewujudkan kehidupan Islam. SIFAT DAKWAH ; Inqilabiyah. MARHALAH DAKWAH’; Ada tiga tahapan. AMALIYAH DAKWAH ; Mengikuti masing-masing tahapannya. Insya Allah kita akan membahasnya dalam artikel ini.

1. Ghayah Dakwah. Tujuan dakwah Rasul SAW adalah untuk mewujudkan kehidupan Islam. Dalam dakwahnya, Rasul SAW secara terus-menerus berupaya untuk merubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam. Walaupun rintangan dan ujian senantiasa mendera.Rasul SAW dalam dakwahnya tidak sekedar mengajak manusia untuk memeluk Islam saja. Para shahabat yang telah masuk Islam terus diajak Rasul SAW berjuang bersama untuk mewujudkannya.

Allah SWT berfirman :

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” ( QS. At-Taubah (9) : 33)

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa sebagai jaminan atas kesempurnaan agama, maka diutuslah seorang rasul yaitu Nabi Muhammad saw dan dibekali sebuah kitab suci yaitu Al-Qur'an yang berisi petunjuk yang menjelaskan segala sesuatunya dan mencakup isi kitab-kitab sebelumnya. Agama Islam telah diridai Allah untuk menjadi agama yang dianut oleh segenap umat manusia. Firman Allah swt:

Dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (al-Ma'idah/5: 3)

Agama Islam sesuai dengan segala keadaan dan tempat serta berlaku sepanjang masa sejak disyariatkan sampai akhir zaman.

Oleh karena itu, tidak heran kalau agama Islam mendapat sambutan dari segenap umat manusia dan jumlahnya bertambah dengan pesat, sehingga dalam waktu yang singkat sudah tersebar ke segala penjuru dunia, menempati tempat yang mulia dan tinggi.

Meskipun orang musyrik tidak senang atas kenyataan itu, bahkan tetap menghalang-halangi dan kalau dapat menghancurkannya, tetapi kodrat iradat Allah juga yang akan berlaku, tak ada suatu kekuatan apa pun yang dapat menghambat dan menghalanginya. Firman Allah:

(Demikianlah) hukum Allah, yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tidak akan menemukan perubahan pada hukum Allah itu. (al-Fath/48: 23)

2. Sifat dakwah Rasulullah SAW. Dalam rangka mewujudkan tujuan dakwahnya, Rasul SAW senantiasa berupaya mewujudkan kehidupan Islam secara inqilabiyah, yaitu berubah secara menyeluruh (totalitas). Rasul SAW senantiasa menolak tawaran-tawaran untuk mewujudkan kehidupan Islam secara tadarruj (sebagian-sebagian, secara gradual atau bertahap). Rasul SAW juga menolak mewujudkan kehidupan Islam bercampur dengan aturan yang tidak bersumber dari Islam. Untuk mewujudkan tujuan itu, Rasul dan para shahabat harus menanggung resiko yang sangat berat.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah (2) : 208 )

Sobat. Ayat ini menekankan agar orang-orang mukmin, baik yang baru saja masuk Islam seperti halnya seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Salam, maupun orang munafik yang masih melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam agar mereka taat melaksanakan ajaran Islam sepenuhnya, jangan setengah-setengah, jangan seperti mengerjakan ibadah puasa pada bulan Ramadan tetapi salat lima waktu ditinggalkan, dan jangan bersifat sebagaimana yang digambarkan Allah di dalam Al-Qur'an tentang sifat orang Yahudi yang berbunyi:

Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? ¦. (al-Baqarah/2: 85).

Dan janganlah mengikuti langkah-langkah dan ajaran setan, karena setan selalu mengajak kepada kejahatan yang menyebabkan banyak orang meninggalkan perintah Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya.

3. Marhalah Dakwah Rasulullah SAW : Marhalah tatsqif wa takwin; Tahap Pembinaan dan Pembentukan. Pembinaan kader dakwah dan pembentukan kerangka gerakan. Marhalah tafa’ul ma’al ummah wal kifah; Tahap Interaksi dan Perjuangan. Berinteraksi di tengah masyarakat dan melakukan perjuangan politik. Melakukan thalabun nushroh. Marhalah tathbiq ahkamul Islam ; Tahap Penerapan Hukum-hukum Islam. Menerapkan hukum Islam di dalam negeri dan mengemban dakwah dan jihad ke luar negeri

Di antara dalil Tahap Pertama Pembinaan dan Pembentukan :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ قُمۡ فَأَنذِرۡ

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan!” ( QS. Al-Mudatstsir (74) : 1-2 )

Sobat. Dalam ayat 1-2 disebutkan bahwa Nabi Muhammad sedang berselubung dengan selimut karena diliputi perasaan takut melihat rupa Malaikat Jibril, lalu turunlah wahyu yang memerintahkan agar segera bangun dan memperingatkan umat yang masih sesat itu supaya mereka mengenal jalan yang benar.

Perkataan "qum" (bangunlah) menunjukkan bahwa seorang rasul harus rajin, ulet, dan tidak mengenal putus asa karena ejekan orang yang tidak senang menerima seruannya. Rasul tidak boleh malas dan berpangku tangan. Semenjak ayat ini turun, Nabi Muhammad tidak pernah berhenti melaksanakan tugas dakwah. Sepanjang hidupnya diisi dengan berbagai macam kegiatan yang berguna bagi kepentingan umat dan penyiaran agama Islam.

Peringatan-peringatan yang beliau sampaikan kepada penduduk Mekah yang masih musyrik pada waktu itu, berupa kedahsyatan siksaan Allah di hari Kiamat kelak. Untuk menyelamatkan diri dari azab tersebut, manusia hendaknya mengenal Allah dan patuh mengikuti perintah Rasul saw.

Dalil untuk marhalah ke-2 :

فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” ( QS. Al-Hijr (15) : 94 )

Sobat. Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw agar menyiarkan agama Islam dengan terang-terangan, tidak lagi dengan sembunyi-sembunyi, menantang orang-orang musyrik, tidak mempedulikan mereka dan apa yang mereka katakan, dan tidak takut kepada mereka yang menghalanginya dalam menyiarkan agama Allah, karena Allah melindunginya dari gangguan mereka.

Sebagian ahli tafsir menafsirkan "Berpalinglah dari orang-orang musyrik" maksudnya adalah janganlah mempedulikan segala macam tindak-tanduk orang-orang musyrik yang telah mendustakan, memperolok-olok, dan menentang kamu. Janganlah tindakan mereka itu menghalangimu menyiarkan agama Allah, karena Allah memelihara kamu dari gangguan mereka.

Dalil Marhalah ke-3 :

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ سۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS. Al-Maidah (5) : 48 )

Sobat. Setelah menerangkan bahwa Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa, dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa dan agar kedua kitab tersebut ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing. Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw. Al-Qur'an adalah Kitab Samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan Kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Al-Qur'an adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. Firman Allah menegaskan:

(yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Terpuji. (Fussilat/41:42).

Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjamin syariat yang murni sebelumnya, dan kitab suci yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu, wajib menghukumkan dan memutuskan perkara anak manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah, yang telah terdapat di dalam Al-Qur'an. Bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu mereka yang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Tiap-tiap umat diberi syariat (peraturan-peraturan khusus), dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya, dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus dilaksanakan untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus ditempuh boleh saja berubah--ubah dan bermacam-macam, tetapi dasar dan landasan agama samawi hanyalah satu, yaitu tauhid.

Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, masing-masing mempunyai syariat tersendiri, yang berisi ketentuan-ketentuan hukum halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang tidak. Firman Allah:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya'/21:25).

"Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan)," Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut." (an-Nahl/16:36).

Sobat. Sekiranya Allah menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan semua manusia hanya dengan satu syariat dan satu macam jalan yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan, seperti halnya burung atau lebah, kehendak Allah tentu akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikit pun, karena Allah kuasa atas segala sesuatu. Tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh-Nya. Allah menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya.

Sobat. Demikianlah Allah menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri, untuk menguji sampai di mana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam kitab samawi-Nya, untuk diberi pahala atau disiksa.

Oleh karena itu seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syariat yang dibawa oleh nabi penutup rasul terakhir Muhammad saw. Syariat yang menggantikan syariat sebelumnya, untuk kepentingan dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak.

Pada suatu waktu nanti, mau tak mau manusia akan kembali kepada Allah memenuhi panggilan-Nya ke alam baka. Di sanalah nanti Allah akan memberitahukan segala sesuatu tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Orang yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang yang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng tanpa alasan dan bukti, akan diazab dan dimasukkan ke dalam neraka.

Bagaimana Amaliyah Dakwah Rasulullah SAW itu? Jangan ke mana-mana tetap bersama kami nantikan artikel berikutnya.

Tolak Usulan BNPT Untuk Mengontrol Rumah-Rumah Ibadah

Tolak Usulan BNPT Untuk Mengontrol Rumah-Rumah Ibadah

Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi | Pakar Fiqih Mu’amalah & Kontemporer

Pengantar

Tsaqofatuna.id - Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel dalam rapat dengan Komisi III DPR, pada hari Senin (4/9/2023), mewacanakan pengontrolan terhadap rumah ibadah oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Wacana tersebut konon ditujukan untuk mencegah potensi radikalisme dan mencegah promosi kebencian di tempat-tempat ibadah termasuk masjid.

Kepala BNPT menyampaikan wacana tersebut ketika menanggapi pernyataan anggota DPR Komisi III Fraksi PDIP, Safaruddin, yang awalnya mengulas soal karyawan BUMN, yakni PT KAI, yang terpapar paham radikalisme. Safarudin lalu menyampaikan pengamatannya bahwa ada masjid BUMN di Kalimantan Timur yang selalu mengkritik pemerintah. (detik.com, 6/09/2023).

Bagaimanakah umat Islam menyikapi wacana BNPT tersebut? Bolehkah ada kegiatan mematai-matai (spying, al-tajassus) masjid dengan dalih untuk mencegah radikalisme dan terorisme?

Haram Memata-Matai Masjid

Haram hukumnya memata-matai masjid dengan dalih pencegahan atau penanggulangan radikalisme atau terorisme, dengan 5 (lima) alasan sebagai berikut :

Pertama, rencana tersebut didasarkan pada persangkaan buruk atau kecurigaan terhadap Islam, khususnya terhadap ajaran Islam yang bernama “Khilafah” yang dianggap buruk dan berbahaya.

Padahal Khilafah itu secara normatif nyata-nyata adalah ajaran Islam, karena Khilafah secara nyata telah dipraktikkan oleh Khulafa’ur Rasyidin, yang sekedar melanjutkan sistem pemerintahan Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Khilafah pun telah dinyatakan sebagai kewajiban syariah oleh para ulama secara konsensus (ijma’), tidak ada khilafiyah mengenai wajibnya Khilafah ini. Syekh Abdurrahaman Al-Juzairi berkata :

اتَّفَقَ الْأَئِمَّةُ رَحِمَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَى أَنَّ الْإِمَامَةَ (أَيْ الْخِلافَةَ) فَرْضٌ

“Telah sepakat para imam (Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad), rahimahulullahu ta’ala, bahwa Imamah (Khilafah) itu fardhu (wajib) hukumnya.” (‘Abdurrahaman Al-Juzairi, Al-Fiqh ‘Ala Al-Mazhāhib Al-Arba’ah, 5/366).

Khilafah secara historis juga sudah menjadi sejarah yang berumur sangat panjang di tengah umat Islam, sejak 632 M ketika Abu Bakar Shiddiq menjadi Khalifah pertama, hingga Khalifah terakhir dalam Khilafah Utsmaniyyah, yaitu Sultan Abdul Majid II, pada tahun 1924. (‘Abdul Qadim Zallum, Kayfa Hudimat Al-Khilāfah, hlm. 97).

Jadi, Khilafah itu memang sungguh adalah ajaran Islam. Hanya saja, Khilafah memang akhirnya dicitrakan buruk sekali oleh Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat. Berbagai lontaran pejabat dan media AS sering menyebarkan Islamophobia terhadap Khilafah melalui istilah-istilah “radikalisme”, “terorisme”, dsb, yang dilekatkan dengan Khilafah. Khilafah dikaitkan dengan kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan seperti Al-Qaeda atau ISIS, padahal ada gerakan Islam (harakah Islamiyah) yang tidak melakukan kekerasan untuk memperjuangkan Khilafah. Sebagai contoh, perhatikan pidato George W. Bush yang memberi predikat “radikal” kepada “imperium Islam radikal” (baca : “Khilafah”) dalam pidatonya pada tahun 2005 :

“The militants believe that controlling one country will rally the Muslim masses, enabling them to overthrow all moderate governments in the region and establish a radical Islamic empire that spans from Spain to Indonesia.”

(Para militan percaya bahwa mengendalikan satu negara akan dapat menggalang satu massa kaum Muslimin, yang memungkinkan mereka untuk mengenyahkan semua pemerintahan moderat di kawasan itu dan mendirikan Imperium Islam yang radikal, yang membentang dari Spanyol ke Indonesia”. (http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/4316698.stm diakses 12/09/2023).

Akhirnya tersebarlah kecurigaan atau prasangka buruk (su’uzh zhonn) terhadap Khilafah ini, yang akhirnya disebut sebagai paham radikalisme, terorisme, dsb, yang hakikatnya predikat-predikat buruk itu sebenarnya adalah tuduhan-tuduhan dari kaum kafir penjajah, seperti Amerika Serikat.

Padahal, tidak boleh seorang muslim mempunyai persangkaan buruk (su’uzh zhonn) terhadap Khilafah, yang sebenarnya ajaran agamanya sendiri, tapi diputarbalikkan dan dimanipulasi hakikatnya oleh kaum kafir penjajah seperti Amerika Serikat. Kalau tidak tahu Khilafah, bertanyalah kepada ulama yang mengerti Khilafah, jangan mengimpor kebencian dan persangkaan buruk (su’uzh zhonn) terhadap Khilafah dari kaum kafir penjajah. Firman Allah SWT :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan persangkaan (kecurigaan), karena sebagian dari persangkaan (kecurigaan) itu dosa. ” (QS Al-Hujurat : 12).

Kedua, karena memata-matai umat Islam itu sendiri adalah sesuatu yang sudah diharamkan dalam Islam. Haram hukumnya bagi muslim, melakukan perbuatan memata-matai sesama umat Islam. Perbuatan mata-mata ini, disebut dengan istilah al-tajassus, yang didefisnisikan sebagai al-tafahhushu ‘an al-akhbar (اَلتَّفَحُّصُ عَنِ اْلأخْبَارِ), yaitu perbuatan untuk mencari-cari atau mendalami suatu informasi di kalangan sesama umat Islam. (Rawwas Qa’lah Jie, Mu’jam Lughat Al-Fuqahā`, hlm. 100; Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islāmiyyah, Juz II, hlm. 204, Bab “Al-Tajassus”).

Perbuatan al-tajassus ini, jelas dilarang oleh Allah SWT :

وَّلَا تَجَسَّسُوْا

“Janganlah kamu mencari-cari berita (melakukan kegiatan mata-mata).” (QS Al-Hujurat : 12)

Jelaslah, bahwa rencana kegiatan mematai-matai (spying, al-tajassus) masjid dengan dalih mencegah radikalisme atau terorisme untuk memata-matai masjid, adalah haram hukumnya bagi umat Islam. Jadi sudahlah kegiatan mata-matanya itu sendiri haram, apalagi kegiatan mata-mata itu didasarkan pada persangkaan buruk (su’uzh zhonn) yang diimpor dari Amerika Serikat yang kafir.

Ketiga, karena kegiatan memata-matai masjid dengan alasan radikalisme atau terorisme, hanya mengikuti agenda politik Barat yang seringkali mencurigai ajaran Khilafah yang dikait-kaitkan dengan istilah “radikalisme”, “terorisme”.

Padahal perbuatan sebagian umat Islam yang mengikuti agenda Barat dalam memerangi apa yang disebut radikalisme atau terorisme, hakikatnya termasuk perbuatan tasyabbuh bil kuffār (menyerupai kaum kafir) yang sudah diharamkan dalam Islam. Nabi SAW telah bersabda :

مَن تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai (meniru-niru) suatu kaum, maka dia termasuk ke dalam golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).

Keempat, sesungguhnya rencana untuk memata-matai masjid, merupakan bentuk kerjasama dengan Barat (khususnya AS) untuk melawan ajaran Islam dan membahayakan kaum muslimin.

Padahal Islam telah mengharamkan umatnya untuk melakukan al-muwālāh/al-walā’, yaitu bersikap loyal dan taat kepada kaum kafir, yang dapat menimbulkan mudharat bagi Islam dan kaum muslimin. Banyak ayat dalam Al-Qur`an yang telah melarang umat Islam untuk melakukan al-muwālāh/al-walā’ kepada kaum kafir tersebut. Firman Allah SWT :

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِيْ شَيْءٍ اِلَّآ اَنْ تَتَّقُوْا مِنْهُمْ تُقٰىةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ

“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai walinya (pemimpin, teman setia, dsb), dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali.” (QS Ali ‘Imran : 28)

Firman Allah SWT :

يـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوا الۡيَهُوۡدَ وَالنَّصٰرٰۤى اَوۡلِيَآءَ ‌ؔ بَعۡضُهُمۡ اَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ‌ؕ وَمَنۡ يَّتَوَلَّهُمۡ مِّنۡكُمۡ فَاِنَّهٗ مِنۡهُمۡ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِيۡنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu) [wali, pelindung atau pemimpin]; mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia [wali, pelindung atau pemimpin], maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS Al-Maidah : 51).

Kelima, sesungguhnya rencana untuk memata-matai masjid, jika benar diwujudkan, sungguh akan dapat menimbulkan berbagai konflik sosial yang mengerikan yang sangat tidak kita inginkan, baik konflik vertikal antara umat Islam dengan penguasa, maupun konflik horizontal antara umat yang mendukung penguasa dengan umat yang menentang penguasa. Pengalaman buruk pada zaman Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, ketika rezim-rezim sekuler yang berkuasa mengambil sikap permusuhan, konfrontatif, dan represif terhadap umat Islam, adalah pelajaran berharga mengenai air mata, harta, darah, dan nyawa, yang perlu untuk diingat hari ini, namun tidak untuk diulangi lagi di masa kini dan masa depan.

Berbagai konflik sosial itu sungguh merupakan bahaya (mudharat, dharar) yang wajib hukumnya untuk kita hilangkan atau kita cegah. Sabda Rasulullah SAW :

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

“Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri (dharar) dan juga bahaya bagi orang lain (dhirār). “ (HR Ahmad, Ibnu Majah).

Kesimpulan

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa perbuatan muslim yang melakukan kegiatan mata-mata (spying, tal-tajassus), termasuk memata-matai masjid atas nama program anti radikalisme atau anti terorisme, adalah haram hukumnya dalam Syariah Islam.

Maka dari itu, sikap umat Islam sesungguhnya sudah sangat jelas, yakni wacana, atau rencana, atau usulan, atau apa pun namanya, untuk melakukan pengontrolan terhadap rumah ibadah, padahal maksudnya adalah pengawasan masjid secara khusus, oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), wajib ditolak mentah-mentah secara tegas tanpa kompromi dan tanpa negosiasi.

Yogyakarta, 12 September 2023

Muhammad Shiddiq Al-Jawi

Sumber:

shiddiqaljawi.com

EMPAT FUNGSI AL-QUR’AN

EMPAT FUNGSI AL-QUR’AN

Tsaqofatuna.id- Sobat. Sebagai bentuk cinta dan kasih sayang Allah sebagai Rabb kepada umat manusia, Dia mengingatkan bahwa telah datang kepada mereka satu kitab suci dengan empat fungsi yang sangat mereka butuhkan.

أَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُون

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". ( QS. Yunus (10) : 57-58)

Sobat. Allah berseru kepada sekalian manusia bahwa kepada mereka telah didatangkan Al-Qur'an melalui rasul-Nya. Di dalamnya terkandung pedoman-pedoman hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka.

Di dalam ayat ini disebutkan pedoman-pedoman hidup itu, sebagai jawaban atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan ancaman-ancaman-Nya. Ayat ini menyimpulkan fungsi Al-Qur'an al-Karim dalam memperbaiki jiwa manusia di antaranya:

1. Mauidhah, yaitu pelajaran dari Allah kepada seluruh manusia agar mereka mencintai yang hak dan benar, serta menjauhi perbuatan yang batil dan jahat. Pelajaran ini harus betul-betul dapat terwujud dalam perbuatan mereka.

2. Syifa yaitu penyembuh bagi penyakit yang bersarang di dada manusia, seperti penyakit syirik, kufur dan munafik, termasuk pula semua penyakit jiwa yang mengganggu ketenteraman jiwa manusia, seperti putus harapan, lemah pendirian, memperturutkan hawa nafsu, menyembunyikan rasa hasad dan dengki terhadap manusia, perasaan takut dan pengecut, mencintai kebatilan dan kejahatan, serta membenci kebenaran dan keadilan.

3. Huda, yaitu petunjuk ke jalan yang lurus yang menyelamatkan manusia dari keyakinan yang sesat dengan jalan membimbing akal dan perasaannya agar berkeyakinan yang benar dengan memperhatikan bukti-bukti kebenaran Allah, serta membimbing mereka agar giat beramal, dengan jalan mengutamakan kemaslahatan yang akan mereka dapati dari amal yang ikhlas serta menjalankan aturan hukum yang berlaku, mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang harus dijauhkan.

4. Rahmah, yaitu karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang mukmin, yang dapat mereka petik dari petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur'an. Orang-orang mukmin yang meyakini dan melaksanakan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur'an akan merasakan buahnya. Mereka akan hidup tolong-menolong, sayang-menyayangi, bekerja sama dengan menegakkan keadilan, menumpas kejahatan dan kekejaman, serta saling bantu membantu untuk memperoleh kesejahteraan.

Allah berfirman:

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (al-Fath/48: 29)

Dan firman-Nya:

Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan un-tuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (al-Balad/90: 17)

Empat sifat yang terkandung dalam ayat ini diciptakan Allah sesuai dengan fitrah kejadian manusia. Artinya, menurut akal, manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima nasehat-nasehat yang baik, menerima petuah-petuah yang dapat mengobati kegoncangan jiwanya, menerima petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani untuk kebahagiaan hidupnya dan suka hidup damai, kasih mengasihi dan sayang menyayangi di antara mereka.

Sifat rahmah dikhususkan buat orang mukmin di dalam ayat ini, sebab merekalah yang mau menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman, dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sedang orang-orang kafir dan orang-orang musyrik tidak mau mempercayai apalagi mengerjakan isi kandungannya.

Sobat. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada umat-Nya bahwa rahmat Allah adalah karunia yang paling utama, melebihi keutamaan-keutamaan lain yang diberikan kepada mereka di dunia. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan agar mereka bergembira dan bersyukur atas nikmat yang mereka terima, yang melebihi kenikmatan-kenikmatan yang lainnya.

Kegembiraan orang-orang mukmin karena berpegang teguh kepada Al-Qur'an digambarkan dalam ayat lain sebagai berikut:

Allah berfirman:

Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. (ar-Rum/30: 4)

Dan firman-Nya:

Dan orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira de-ngan apa (kitab) yang diturunkan kepadamu (Muhammad). (ar-Rad/13: 36)

Dikatakan bahwa karunia Allah dan Rahmat-Nya lebih baik dari yang lain, yang dapat mereka capai, karena karunia Allah dan rahmat-Nya yang terpancar dari Al-Qur'an adalah kekal untuk mereka, sedangkan kenikmatan yang lain bersifat fana dan sementara, yang hanya dapat mereka rasakan selama mereka mengarungi kehidupan di dunia saja, apabila mereka kembali ke alam baka, kenikmatan yang dapat mereka kumpulkan di dunia itu tidak berguna lagi bagi mereka.

Sobat. Abu Bakar ash-Shiddiq ra berkata, “ Kegelapan itu ada lima beserta lima penerangnya :

1. Cinta dunia adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah Taqwa.

2. Dosa adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah taubat.

3. Kuburan adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah kalimat Laa Ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah.

4. Akherat adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah amal sholeh.

5. Shirat ( Jembatan di akherat )adalah kegelapan, sedangkan penerangnya adalah keyakinan kepada yang ghaib.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda,” Sesungguhnya, tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena taqwa kepada Allah, melainkan Dia akan memberimu sesuatu yang jauh lebih baik daripada apa yang engkau tinggalkan itu.” ( HR. Ahmad dan an-Nasaí)

(DR Nasrul Syarif M.Si, Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN)

Dampak Iman pada Hari Kiamat

Ustadz Labib: Sebuah Kezaliman Menjamu Israel yang Memerangi Palestina

Tsaqofatuna.id-Sobat. Iman pada hari kiamat akan mampu mendorong setiap mukmin untuk berpikir sebelum melakukan tindakan. Sebab, ia yakin bahwa semua amal perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban dan ia menerima balasannya, baik atau buruk sesuai dengan perbuatannya itu.

Allah SWT berfirman :” Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” ( QS. Az-Zalzalah (99): 7-8 )

Sobat. Dalam ayat-ayat ini, Allah merincikan balasan amal masing-masing. Barang siapa beramal baik, walaupun hanya seberat atom niscaya akan diterima balasannya, dan begitu pula yang beramal jahat walaupun hanya seberat atom akan merasakan balasannya. Amal kebajikan orang-orang kafir tidak dapat menolong dan melepaskannya dari siksa karena kekafirannya. Mereka akan tetap sengsara selama-lamanya di dalam neraka.

Oleh karena itu iman pada hari akhir mempunyai dampak positif bagi kehidupan seseorang, yakni :

1. Senantiasa menjaga diri untuk selalu taat kepada Allah SWT dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya karena takut siksaan kelak dikemudian hari.

2. Menghibur dan mendorong manusia untuk bersabar, bahwa kebahagiaan bagi mukmin yang belum diperolehnya di dunia akan diterimanya di kemudian hari.

Sobat. Iman kepada hari kiamat membawa konsekuensi logis untuk iman pada adanya catatan amal perbuatan manusia. Setiap manusia akan menerimanya pada hari pembalasan itu.

Allah SWT berfirman :

وَكُلَّ إِنسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِۖ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". ( QS. Al-Isra’ (17) : 13-14 )

Sobat. Allah swt menjelaskan bahwa masing-masing manusia dicatat amal perbuatannya dalam suatu buku catatan dan tetap tercatat di dalamnya seperti kalung yang tetap berada di leher mereka. Amal perbuatan tersebut mencakup amal baik dan amal buruk, besar maupun kecil, yang diperbuat manusia atas dasar pilihannya sendiri.

Perumpamaan tetapnya catatan-catatan mereka dalam kitab itu dengan tetapnya kalung pada leher manusia, sebagai kiasan bahwa catatan itu akan tetap terpelihara, tidak akan hilang atau terhapus, dan selalu dinisbahkan pada seseorang.

Selanjutnya Allah swt menegaskan bahwa kitab yang mengandung catatan amal perbuatan manusia itu akan dikeluarkan dari simpanannya pada hari kiamat, dan akan diperlihatkan kepada mereka, sehingga mereka dapat mengetahui isinya secara terbuka.

Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa tugas pencatatan amal perbuatan manusia itu diurus oleh malaikat. Allah swt berfirman:

Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Infithar/82: 10-12)

Hadis Nabi Muhammad berikut menerangkan lebih jelas hal yang sama:

Diriwayatkan dari Al-hasan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Allah berfirman kepada Bani Adam, "Hai Bani Adam! Kami telah membuka lembaran-lembaran Kitab, dan telah ditunjuk dua malaikat yang mulia sebagai wakil: satu di sebelah kanan, dan satu lagi di sebelah kiri. Adapun yang di sebelah kanan, pekerjaannya mencatat amal baikmu, sedang yang di sebelah kiri mencatat amal perbuatan burukmu. Maka berbuatlah menurut kesukaanmu amal perbuatan yang banyak atau yang sedikit sehingga ajal datang merenggutmu. Dan apabila engkau telah mati, Aku lipat lembaran-lembaran kitab itu dan Aku kalungkan ke lehermu dan tetap bersamamu dalam kubur hingga hari kiamat. Pada hari itu, kitab itu akan dikeluarkan dan engkau menemuinya dalam keadaan terbuka.

Bacalah kitab catatan itu niscaya pada hari itu engkau akan mengetahui bahwa kitab itu cukup sebagai penghisab amal perbuatanmu. (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari)

Sobat. Ayat ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat, manusia tidak dapat memungkiri catatan-catatan itu, karena pencatatnya adalah para malaikat yang memang ditunjuk oleh Allah, yang pekerjaannya khusus mencatat amal perbuatan manusia. Itulah sebabnya maka Allah swt menegaskan di akhir ayat bahwa cukuplah pada hari itu diri mereka sendiri sebagai penghisab amal perbuatan mereka. Maksudnya semua catatan yang termuat dalam kitab itu cukup akurat sebagai bukti karena apa yang tercatat dalam kitab itu merupakan rekaman dari amal perbuatan mereka. Seolah-olah mereka sendirilah yang membuat catatan-catatan itu. Firman Allah:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَاوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَاۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun. (al-Kahf/18: 49)

Dengan demikian, tidak perlu adanya bukti-bukti lain sebagai penguat karena semua catatan yang tergores dalam kitab itu menjadi bukti yang sangat meyakinkan, sehingga tidak bisa ditambah atau dikurangi lagi.

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt menambahkan keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari kiamat, yaitu buku catatan amal perbuatan seseorang semasa hidupnya di dunia diberikan kepadanya. Isi catatan itu ada yang baik dan ada yang buruk, dan ada yang diberikan dari sebelah kanan, ada pula yang dari sebelah kiri. Orang-orang mukmin dan beramal saleh menerimanya dari sebelah kanan, lalu ia melihat isinya. Ternyata kebaikannya lebih besar dari kejahatannya, dan kejahatan itu segera diampuni oleh Allah swt. Maka dia dimasukkan ke dalam surga, sebagaimana firman Allah swt:

Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. (al-haqqah/69: 19-22)

Sobat.Kepada orang kafir dan orang yang bersalah, kitab catatan amal mereka di dunia diberikan dari sebelah kiri. Lalu mereka melihat isinya, dan ternyata penuh dengan catatan dari berbagai kejahatan, baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Bukti-bukti demikian itu menimbulkan rasa ketakutan di hati mereka terhadap hukuman Allah dan kecaman-kecaman manusia. Dengan penuh penyesalan mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, mengapa buku catatan ini sedikit pun tidak meninggalkan kesalahan kami yang kecil apalagi yang besar, semuanya dicatatnya." Keadaan mereka diterangkan Allah lebih jauh dengan firman-Nya:

Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, "Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku, sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku." (Allah berfirman), "Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya." Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (al-haqqah/69: 25-31)

Sobat. Mereka mendapatkan segala tindakan mereka yang melanggar aturan agama dan kemanusiaan tertulis di hadapan mereka. Mereka lupa bahwa selama hidup di dunia ada malaikat-malaikat yang selalu mencatat dengan teliti segala perbuatan dan perkataan mereka. Firman Allah swt:

Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Infithar/82: 10-12)

Sobat. Semua perbuatan manusia sengaja ditulis dalam buku catatan amal untuk diperlihatkan kepada mereka pada hari kiamat. Firman Allah swt:

(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan.... (ali 'Imran/3: 30)

Sobat. Tidak ada seorangpun pada hari kiamat itu yang teraniaya. Setiap amal perbuatan akan ditimbang betapapun kecilnya. Allah swt menjamin tegaknya keadilan pada hari itu. Firman-Nya:

Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit ; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan. (al-Anbiya'/21: 47)

Sobat. Allah swt tidak akan merugikan hamba-hambanya, sebaliknya akan memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah, kecuali dosa kekufuran. Dia memberikan hukuman kepada mereka berdasar hikmah dan keadilan-Nya. Allah memberikan pahala bagi mereka yang taat, dan menjatuhkan hukuman bagi yang berbuat maksiat.

( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN)